Sabtu, 31 Desember 2011

Model Pembelajaran Konstruktivisme Sains Teknologi dan Masyarakat (STM)



 Model pembelajaran Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun 1990-an. Teori belajar yang digunakan untuk  mendukung pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) adalah teori belajar konstruktivisme. Model belajar konstruktivisme banyak diperhatikan orang dewasa ini, karena dengan memperlihatkan hal ini dalam pembelajaran, terjadinya belajar (learning) pada diri siswa dapat ditingkatkan (Fatmawati, 2004).
Penerapan model pembelajaran konstruktivisme siswa dapat menggunakan konsep dan keterampilan yang di dalam dan di luar kelas serta di lingkungan kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara cerdas, kreatif dan bertanggung jawab. Berdasarkan konstruktivisme, pengetahuan tidak pernah dapat diobservasi secara independen. Pengetahuan harus diperoleh secara personal dan dalam perasaan, tidak ditransfer dari seseorang kepada orang lain. Pengetahuan yang dimiliki siswa yang mengendap dalam benaknya kemudian dibangun secara khas oleh siswa. Tergambar dari apa yang dikemukakan oleh Nurhadi (2004), bahwa dalam penerapan pembelajaran konstruktivisme memandang siswa belajar sedikit demi sedikit dari konteks yang terbatas dengan mengkonstruk sendiri pemahamannya dan pemahaman yang mendalam diperoleh melalui pengalaman belajar yang bermakna. Untuk mengungkap penguasaan pengetahuan sains dan teknologi anak selama pembelajaran, dapat dilakukan melalui suatu evaluasi. Evaluasi merupakan suatu pengukuran atau penilaian terhadap sesuatu prestasi atau hasil yang telah dicapai. Mengingat penguasaan sains dan teknologi dalam hal ini merupakan penguasaan sains dan teknologi yang berkaitan dengan aspek masyarakat, maka kriteria pengembangan evaluasinya dapat mengacu kepada pengembangan evaluasi dalam unit STM.
Model pembelajaran Sains Teknologi dam Masyarakat (STM) ini mengikuti model belajar konstruktivisme yang bertitik tolak dari mempelajari cara sesorang belajar. Semua aturan yang berlaku selama proses pertumbuhan dan perkembangan psikologi merupakan proses yang konstruktif dan bukan hanya mempertahankan keseimbangan yang sudah dicapai (Poedjiadi, 1994 dalam Fatmawati, 2004). Menurut Fatmawati (2004) bahwa Model ini menggunakan beberapa teknik pembelajaran yakni:
1.         Mencari lebih dahulu ide-ide peserta didik sebelum mempelajari ide-ide dari buku ajar atau sumber lain, ide yang dicari adalah kemampuan prasyarat siswa yang mengarah pada materi selanjutnya.
2.         Mendorong peserta didik untuk merangsang timbulnya ide-ide dari kawan lain (mengingatkan siswa lain tentang kemampuan prasyarat)
3.  Menggunakan strategi belajar bersama dengan menekankan pada kerjasama, saling menghormati antar kelompok dalam proses pembelajaran.
4.         Mendorong  penggunaan waktu yang sesuai untuk kegiatan mawas diri dan analisis
5.         Menghargai penggunaan ide-ide yang dikemukakan peserta didik
6.      Mendorong self analisis, menghimpun bukti-bukti nyata untuk mendukung ide, reformasi ide dari hasil pengalaman dan kenyataan
7.         Menggunakan pemikiran dan pengalaman peserta didik untuk melaksanakan pengajaran.
8.         Mendorong penggunaan sumber-sumber alternatif untuk informasi baik dari materi tertulis dan ahli
9.         Menggunakan pertanyaan- pertanyaan terbuka.
Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) dalam pandangan  ilmu-ilmu  sosial  pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains teknologi dan masyarakat, melatih kepekaan penilaian siswa terhadap dampak lingkungan sebagai akibat perkembangan sains dan teknologi  Teknologi merupakan suatu perangkat keras ataupun perangkat lunak yang digunakan untuk memecahkan masalah bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Sedangkan masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki wilayah, kebutuhan, dan norma-norma sosial tertentu. Sains, teknologi dan masyarakat satu sama lain saling berinteraksi.
STM merupakan pendekatan berbasis konteks yang memiliki peranan yang sangat penting dalam memotivasi anak, tujuan pendekatan STM adalah untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya (Pudjiadi, 2005).
Menurut Rusmansyah (2000), pendekatan STM dilandasi oleh tiga hal penting yaitu:
1.      Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan masyarakat.
2. Proses belajar-mengajar menganut pandangan konstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan bahwa anak membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan.
3.   Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas ranah pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains, ranah kreativitas,  ranah hubungan dan aplikasi.
Program pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme STM pada umumnya mempunyai karakteristik, sebagai berikut:
1.      Identifikasi masalah-masalah setempat.
2.      Penggunaan sumber daya setempat yang digunakan dalam memecahkan masalah.
3.      Keikut sertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi untuk memecahkan masalah.
4.      Perpanjangan pembelajaran di luar kelas dan sekolah.
5.      Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
6.      Isi dari pembelajaran bukan hanya konsep-konsep saja yang harus dikuasai siswa dalam kelas.
7.      Penekanan pada keterampilan proses di mana siswa dapat menggunakan dalam memecahkan masalah.
8.      Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
9.      Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga Negara.